Suarakan dukungan  untuk Palestina, warga AS dari berbagai lapisan gelar aksi solidaritas di New York

Tidak hanya itu, sekte Yahudi Hasidut  ikut serta dalam aksi tersebut. Mereka membawa spanduk berisi tulisan: ‘’Anti-Israel tidak berarti anti Yahudi’’, dan “Negara Israel tidak mewakili komunitas Yahudi”,  “Yahudi Internasional mengutuk kebrutalan Israel’’ serta spanduk dukungan untuk Palestina dan anti Israel lainnya.

BY 4adminEdited Sat,30 Mar 2019,05:29 PM

New York, SPNA - Warga Amerika Serikat menggelar peringatakan Great March of Return di kota New York, Sabtu (30/03/2019).

Warga AS dari berbagai lapisan membanjiri Times Square untuk menyuarakan dukungan terhadap Palestina.  Mereka juga menuntut kemerdekaan Palestina, penghapusan blokade terhadap Jalur Gaza, serta menuntut Donald Trump berhenti membela Israel.

Tidak hanya itu, sekte Yahudi Hasidut  ikut serta dalam aksi tersebut. Mereka membawa spanduk berisi tulisan: ‘’Anti-Israel bukan berarti anti Yahudi’’, dan “Negara Israel tidak mewakili komunitas Yahudi”,  “Yahudi Internasional mengutuk kebrutalan Israel’’ serta spanduk dukungan untuk Palestina dan kecaman terhadap Israel lainnya.

Dalam orasinya, salah satu peserta mengecam tindak kekerasan yang dilakukan Badan Keamanan Israel terhadap demonstran. “Tembok rasis dari Palestina hingga Meksiko harus dimusnahkan, ‘’ teriak mereka. 

Di tengah ketegangan yang terjadi di Jalur Gaza, ribuan warga Palestina membanjiri perbatasan Gaza dalam rangka memperingati “Hari Bumi”, yang telah memasuki tahun ke dua.

Demonstrasi tersebut adalah salah satu bentuk perlawanan rakyat dalam menghadapi Israel. 

Presiden Palestina Mahmoud Abbas dalam peringatan Hari Bumi mengatakan bahwa tanah air Palestina adalah milik bangsa Palestina bukan Yahudi. “Palestina adalah Negara merdeka yang beribukotakan Yerusalem. Cita-cita ini akan tercapai dan derita rakyat Palestina selama 100 tahun terakhir tidak akan berakhir sia-sia,” tegasnya.

Sejak setahun lalu, 30 Maret 2018,  warga Gaza memperingati “Hari Bumi” dan demonstrasi Great March of Return menuntut penghapusan blokade dan pemulangan pengungsi Palestina ke tanah air.

Sejak saat itu, Pasukan Pendudukan Israel (IDF) menggunakan cara-cara kekerasan menghadapi demonstran Gaza.

Menteri Kesehatan Palestina, melaporkan bahwa jumlah korban  dalam Great March of Return sejak tahun lalu berjumlah 266 korban jiwa dan 30398 korban luka-luka. 50 dari mereka yang gugur adalah wanita dan 6 anak-anak.

Jalur Gaza adalah wilayah selatan Palestina yang terisoliasi akibat blokade Israel selama lebih dari 12 tahun dan melumpuhkan seluruh lini kehidupan Gaza.

Sejak pemerintah Israel mengisolasi Gaza, tingkat kemiskinan Gaza bertambah pesat. Tercatat 53% warga Gaza hidup di bawah garis kemiskinan. Sebagian besar dari mereka tidak mampu menghidupi keluarganya.

Melihat situasi Gaza yang carut marut akibat blokade, Sekjen PBB, Antonio Guterres tahun 2018 lalu telah memperingatkan bahwa wilayah yang memiliki luas 365 persegi tersebut akan menjadi wilayah tak layak huni pada tahun 2020 mendatang. 

Sementara itu, Profesor Hubungan Internasional Universitas Oxford, Avi Shlaim mengatakan bahwa Israel telah mengubah Jalur Gaza menjadi penjara terbesar di dunia.

(T.RS/S:Palinfo)

leave a reply
Posting terakhir